5 Tahun Ke Depan, Kamu Tidak Akan Sanggup Beli Rumah!

5 Tahun Ke Depan, Kamu Tidak Akan Sanggup Beli Rumah!

Real estate investment concept. House and money.
Bila kamu termasuk generasi yang lahir di era 1981 – 1994, atau generasi millennial dan mendapatkan penghasilan gaji semata, mimpi memiliki rumah di Jakarta bisa jadi tinggal impian. Gaji naik 10% per tahun pun takkan menolong. Kok bisa?
Fakta ini dikemukakan oleh Country General Manager Rumah123.com, Ignatius Untung sesuai hasil riset kerjasama dengan Karir.com baru-baru ini.
Dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa rata-rata kenaikan gaji pegawai di Jakarta sepanjang tahun 2016 (diluar promosi jabatan) adalah 10%, dengan rata-rata gaji bulanan pegawai milenial adalah Rp6.072.111 (di Jakarta). Tentu ada yang di atas atau di bawah angka tersebut.
Harga terendah rumah di Jakarta saat ini adalah Rp300 juta, dan setiap tahun mengalami kenaikan rata-rata 20%. Dengan pendapatan hanya Rp6 jutaan, generasi millennial harus mengalami kenaikan penghasilan setidaknya Rp7,5 juta per bulan (lebih 100%) untuk dapat mengejar kenaikan harga rumah.
Dengan estimasi kenaikan minimal 20 persen per tahun, harga rumah yang saat ini dipatok Rp 300 juta akan menjadi Rp 750 juta.
“Padahal, kenaikan harga rumah itu kami ambil yang paling minimal saat pasar properti sedang lesu seperti sekarang ini,” papar Untung, sebagaimana dilansir Kompas.
Padahal faktanya, sejak 2009-2012 yang merupakan era ledakan (booming) properti, kenaikan harga rumah bisa mencapai 200 persen, atau 50 persen per tahun.
Berdasarkan data-data tersebut, ia memprediksi peningkatan harga rumah di Jakarta dalam lima tahun mendatang sekitar 150 persen, sementara kenaikan pendapatan hanya sekitar 60 persen dalam periode yang sama.
Dengan hitungan sederhana ini penghasilan generasi milenial 5 tahun mendatang hanya berkisar di angka Rp 12 juta. Dengan penghasilan Rp 12 juta tersebut, generasi milenial tidak lagi mampu membeli rumah yang sebenarnya terjangkau oleh mereka saat ini.
Saat itu harga rumah mencapai Rp750 juta, cicilan yang harus dibayarkan sekitar Rp5,6 juta per bulan. Sementara kemampuan mencicil mereka hanya 30 persen dari pendapatan, yaitu sekitar Rp3,6 juta per bulan.
Ini perhitungan sederhana yang bisa lebih parah di kota-kota lainnya dimana lonjakan harga rumah lebih tinggi, tetapi pendapatan rata-rata maupun kenaikannya tidaklah signifikan. Jadi, 5 tahun mendatang atau sekitar tahun 2021 nanti, generasi milenial dikhawatirkan tidak bisa membeli rumah.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika aku jadi kamu, saya akan segera duduk berhitung. Berapa gaji saya saat ini, dan kira-kira berapa pengeluaran saya untuk biaya hidup. Masih adakah sisa untuk tabungan atau investasi untuk persiapan beli rumah? Berapa yang bisa disisihkan? Kenaikan gaji berapa?
Jika hitung-hitunganmu jauh dari target yang diharapkan, ada 2 hal pokok yang bisa dilakukan:
Pertama, usahakan menambah penghasilan. Jika pekerjaanmu tidak memberi hasil yang baik, mulailah bergerilya mencari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi. Atau, bukalah pikiran untuk mencari peluang usaha yang bisa memberi penghasilan sampingan.
Kedua, jangan semata menabung. Menabung tidak akan pernah membawamu ke impian. Mulailah mengenal investasi. Investasi yang baik berpotensi akan memberi hasil yang lebih besar dibanding tabungan. Investasi yang murah dan terjangkau bisa dimulai dengan reksadana atau saham.
Berbicara tentang investasi, waspadalah selalu dengan tawaran investasi bodong yang bergerilya dalam berbagai bentuk. Mulai dari modus koperasi sampai berbagai usaha online bodong. Waspadalah jika ada investasi yang menjanjikan hasil pasti nan menggiurkan. Biasanya itu pertanda awal dari tipu-tipuan investasi.
Jadilah generasi milenial yang cerdas mengelola dan merencanakan keuangan dan semoga mampu membeli rumah impian nantinya . (AL)

Komentar